Sementara dalam simulasi semi terbuka 8 nama calon yang
berisi 4 nama calon gubernur dan 4 nama calon wakil gubernur, Dedi Mulyadi
paling banyak dipilih (74 persen), diikuti Ahmad Syaikhu (10,2 persen), Acep
Adang Ruhiat (1,9 persen), dan Jeje Wiradinata (1,9 persen). Nama-nama lain
persentasenya lebih rendah.
Keunggulan Dedi
Mulyadi dalam jajak pendapat itu juga tercermin dalam simulasi empat nama
calon.
“Berdasarkan simulasi ini tidak terlalu banyak perubahan
dibanding simulasi 8 nama yang mengikutsertakan nama calon wakil gubernur. Dedi
77,3 persen, Ahmad Syaikhu 10,8 persen, Acep Adam Ruhiat, ini calon dari PKB
2,2 persen, Jeje Wiradinata 2,1 persen, yang tidak tahu, tidak menjawab 7,7
persen” kata Burhanuddin Muhtadi.
Survei itu dilakukan pada 2 hingga 8 September 2024 dengan
melibatkan 1.200 responden di Provinsi Jawa Barat yang punya hak pilih dalam
pemilihan umum. Tolerasi kesalahan atau margin of error plus minus 2,9 persen
pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel responden berasal dari seluruh
kabupaten dan kota di Jawa Barat yang diwawancarai secara tatap muka.
Perhatian Pada Rakyat
jadi Alasan Memilih Calon
Burhanuddin menjelaskan faktor perhatian pada rakyat menjadi
alasan teratas (42,6 persen) responden memilih calon. Alasan lainnya adalah
belum tahu nama calon lain (16,1 persen) dan berpengalaman di pemerintah (10,4
persen).
“Jadi dari 42,6 persen baseline warga Jabar yang memilih
karena faktor perhatian sama rakyat itu paling didominasi oleh pemilih Dedi
Mulyadi. Jadi orang yang memilih karena faktor perhatian sama rakyat itu
umumnya memilih Dedi Mulyadi. Jadi kekuatan Dedi Mulyadi disini, mungkin karena
orangnya rajin muter (berkeliling-red) ke seluruh wilayah di Jawa Barat,” papar
Burhanuddin.
Saat ini berdasarkan survei itu, popularitas Dedi berada di
posisi teratas (93,8 persen), sementara nama-nama lain kurang dari 25 persen.
Tingkat kedisukaan public terhadap Dedi juga sangat tinggi sekitar 92,2 persen.
Peneliti utama lain Indikator Politik Indonesia lainnya,
Hendro Prasetyo mengungkapkan pasangan Dedi-Erwan mendapat dukungan mayoritas
di tiap segmen sosio-demografi warga Jabar. Pasangan itu mendapatkan dukungan
81,2 persen pemilih di pedesaan dan 75,9 persen pemilih di perkotaan. Sementara
berdasarkan pendidikan, dukungan terbesar berasal dari pemilih berpendidikan
rendah
“Pendidikan yang lebih rendah itu relatif lebih dominan ya
terutama SLTP 82,1 persen, kemudian SD 79,9 persen tetapi untuk kuliah ini
hanya 64,8 persen, sedangkan SLTA 77,7 persen,” kata Hendro.
Dukungan Partai
Politik
Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto menilai melejitnya nama
Dedi dan Erwan dalam survei Indikator Politik Indonesia tidak terlepas dari
dukungan partai politik yang mencalonkan mereka dalam Pilkada Jawa Barat.
“Antara lain partai Gerindra dan Partai Golkar, ini kan
salah satu lumbung suara itu di Jawa Barat, dan kita bisa sama-sama tahu bahwa
pemilih Prabowo itu juga signifikan sekali akan menyumbang suara (bagi)
pasangan ini, sehingga tentu ini akan menjadi keuntungan politik bagi Dedi
Mulyadi dan Erwan,” kata Gun Gun Heryanto.
Gun Gun Heryanto berpandangan di waktu yang tersisa hingga
masa kampanye ada beberapa hal yang menentukan naik turunnya dukungan bagi ke
empat pasangan tersebut yaitu pemasaran politik di media mainstream dan media
sosial, serta komunikasi politik equalitarian yang menyentuh langsung
masyarakat.
“Ingat Jawa Barat adalah wilayah dengan sebaran desa lebih
banyak dan itu meskipun tidak jauh dari Jakarta tetapi wilayah-wilayah yang
pelosoknya luar biasa sehingga kemudian salah satu kerja dengan gaya komunikasi
equalitarian menjadi kunci juga,” jelas Gun Gun.
Ia juga mengatakan, tim pemenangan di desa-desa perlu
membangun narasi-narasi yang mengikat basis pemilih dengan mengangkat isu-isu
sederhana seperti distribusi pupuk dan beras.
“Ini yang menurut saya menjadi penting dalam konteks
mengatasi problem-problem sederhana di wilayah-wilayah pedesaan selain juga
tentu di wilayah perkotaan... Saya merasakan bahwa proses bekerjanya mesin
partai dan tim pemenangan di level bawah itu akan menjadi pembeda,” papar Gun
Gun.
Menurut Survei Indikator, pergeseran dukungan bagi pasangan
calon gubernur dan wakil gubernur dalam pilkada Jawa Barat masih mungkin
terjadi, hampir 70 persen warga Jawa Barat mengakui pilihannya akan ditentukan
sejak masa kampanye hingga hari pemilihan mendatang. Seberapa besar pergeseran
yang akan terjadi, sangat tergantung dari kemampuan masing-masing pasangan
calon dan tim dalam menjangkau pemilih. [yl/ab]
Sumber: VOAI
COMMENTS